<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d9592379\x26blogName\x3dthe+tiny+atelier\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLACK\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://tinyatelier.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://tinyatelier.blogspot.com/\x26vt\x3d-7848652549332557360', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

the tiny atelier

20.12.04

Dari Mana Datangnya Keong (si "@")?

Format alamat e-mail sudah pasti, yaitu @. Contohnya, alex@tabloidpcplus.com. Siapa yang menyisipkan lambang @ sebagai pemisah nama dan penyedia layanan e-mail? Ray Tomlinson, si penemu e-mail, adalah jawabnya.

Di awal tahun 1970, Ray bersama timnya bekerja membangun ARPANET untuk menggabungkan Departemen Pertahanan Amerika Serikat dengan para peneliti. Untuk memudahkan pengiriman pesan antara programmer dan peneliti, Ray membuat suatu sistem untuk mengirim dan menerima pesan.

Saat mengirim pesan, Ray merasa perlu memisahkan nama dan lokasi penerima. Ia pun mencari lambang yang tepat. Tanpa pikir panjang, ia cuma butuh waktu 3-4 menit, pilihan jatuh pada tanda @. Akhirnya, terciptalah format e-mail yang dipakai hingga sekarang.

Dibaca apa lambang itu? Lumrah lambang itu dibaca at, yang dalam bahasa Indonesia berarti di. Kadang pula kita mendengar istilah "a keong" untuk membaca @. Dalam bahasa lain, bahasa Belanda misalnya, @ disebut "apestaart" yang artinya ekor kera. Dalam bahasa Yunani, lambang itu disebut "papaki", alias bebek kecil. Memang banyak sebutan untuk si keong ini.

(Source: Tabloid PC Plus Nomor 204, Tahun V, 14-20 Desember 2004, halaman 18)


# posted by [19:07] 

16.12.04

10 Saran Bersopan-santun dalam Ber-email

Bagi sebagian besar orang, email tampaknya menjadi rahmat sekaligus bencana. Email dapat menghemat biaya komunikasi,terutama pada orang-orang yg jarang berhubungan dengan kita. Namun, dapat membuat kita menderita dengan menerima banjir"spam email". Tidak banyak hal yang bisa kita lakukan untukmenghadapi para "spammers" ini kecuali terus-menerus melaporkannya pd "network administratur" kita.
Bagaimanapun, dalam melakukan korespondensi pribadi, kita seyogyanya tetap bersopan-santun untuk menjaga hubungan baik. Berikut 10 saran bersopan-santun dalam ber-email ria:
  1. Benahi susunan email "forwards" anda. Bila anda ingin memforward sebagian atau seluruh pesan pada pihak lain maka luangkan sedikit waktu anda untuk menghapustanda yang biasanya muncul. Seperti tanda ">" dsb.
  2. Gantilah "Subject" atau Judul email bila topik pembicaraan anda berubah. Seringkali setelah saling bertukar email beberapa kali, topik pembicaraan berubah dari aslinya namun "subject" atau judul email belum juga diganti. Akan jauh lebih mudah untuk melacak email yang masuk bila "subject" disesuaikan dan dapatmencerminkan isi email yang sedang anda tulis.
  3. Hapuslah pesan reply yang tidak perlu.Beberapa program email secara otomatis memunculkan isi email yang terdahulu bila anda sedang membalas/mereplynya. Ada baiknya anda menghapus pesan tersebut dan hanya tinggalkan pesan yang benar-benar anda anggap perlu.
  4. Jangan teruskan surat berantai. Anda tentu merasa terganggu dan jengkel bila seseorang mengirimi anda sebuah email tentang humor atau cerita-cerita kemudian meminta anda untuk meneruskannya dengan segera pada 10 teman anda yang lain, atau bila tidak maka anda akan ketiban sial. Mengapa anda juga bermaksud mengganggu dan membuat orang lain jengkel bila anda meneruskan email semacam ini? Hapus saja dengan menekan tombol "delete".
  5. Hormati privacy orang lain. Ini termasuk juga alamat email mereka. Bila anda sedang mengirim email ke sejumlah orang yang mungkin satu-sama-lain tidak saling mengenal, gunakan "bcc" atau "blind carbon copy " agar alamat-alamat email mereka tidak saling diketahui. Bila anda mudah mengirim email ke banyak alamat sekaligus tanpa mempertimbangkan saran ini maka bersiap-siaplah untuk dikomplain karena mereka menerima spam.
  6. Jangan melakukan spam. Mungkin saja anda tidak sengaja melakukannya tetapi banyak orang tidak menyadari jika mereka menggunakan alamat-alamat email yang mereka dapat dari "forwarded email", kemudian menggunakannya tanpa permisi, ini termasuk bentuk spam.
  7. Jangan berteriak-teriak. Menulis dengan mengaktifkan huruf besar (tombol "Caps Lock")dapat diartikan sebagai pertanda kemarahan. Orang mungkin menganggap anda sebagai pengguna internet yang tidak baik,atau tidak sopan sama sekali.
  8. Jangan mudah "terbakar", over-reaksi, atau terburu-buru menghapus suatu email tanpa berusaha memikirkannya dgn baik. Dalam bahasa tulis, kita memiliki waktu untuk memikirkan bagaimana kita merespon atas sesuatu email yang membuat kita marah. Begitu juga dengan beremail ria. Bila anda merasa dipenuhi dengan emosi yang kuat, kemudian menulis balasan dengan emosional pula maka sebaiknya jangan keburu anda kirim email tersebut. Simpanlah dulu dalam "draft folder" selama beberapa hari untuk dibaca ulang. Banyak persahabatan yang hancur gara-gara terburu-buru menanggapi suatu email tanpa berusaha memikirkannya dengan bijaksana.
  9. Bersabarlah dalam menunggu "reply". Ketahuilah, orang tidak hanya hidup dengan internet. Mereka mungkin tidak membalas email anda dengan segera. Masih banyak orang yg men-cek email mereka seminggu sekali.
  10. Akuilah bahwa tidak semua orang senang menerima segala yang anda anggap lucu. Jangan terus-menerus mengirimkan sesuatu pada mereka yang tidak pernah membalasnya, meskipun dengan ucapan terima kasih. Jangan lupa: Luangkan waktu juga untuk memikirkan apa yang kita forward kan dan kepada siapa kita mem-forwardkan suatu email. Tidak semua orang setuju atau suka dengan materi yang kita forwardkan. Untuk orang-orang tertentu, subyek-subyek tertentu (yang kita anggap lucu dan menarik atau ringan) bisa jadi sangat sensitif dan serius!

(source: The Top 10 E-mail Courtesy Suggestions,Zoran Todorovich, On Eagle's Wings)



# posted by [17:38] 

Inspiration of The Day (just 3 days)

Three days
Sebenarnya, kita hanya punya 3 hari saja . . . .

Ke-1 hari kemarin
Anda tak bisa mengubah apa pun yang telah terjadi. Anda tak bisa menarik perkataan yang telah terucapkan. Anda tak mungkin lagi menghapus kesalahan, dan mengulangi kegembiraan yang anda rasakan kemarin. Biarkan hari kemarin lewat; lepaskan saja...

Ke-2 hari esok
Hingga mentari esok hari terbit, Anda tak tahu apa yang akan terjadi. Anda tak bisa melakukan apa-apa esok hari. Anda tak mungkin sedih atau ceria diesok hari. Esok hari belum tiba; biarkan saja..

Ke-3 hari ini
Pintu masa lalu telah tertutup, pintu masa depan pun belum tiba. Pusatkan saja diri anda untuk hari ini. Anda dapat mengerjakan lebih banyak hal hari ini bila anda mampu memaafkan hari kemarin dan melepaskan ketakutan akan esok hari. Hiduplah hari ini. Karena, masa lalu dan masa depan hanyalah permainan pikiran yang rumit. Hiduplah apa adanya. Karena yang ada hanyalah hari ini, hari ini untuk beribadah dan bertaubat. Perlakukan setiap orang dengan kebaikan hati dan rasa hormat, meski mereka berlaku buruk pada anda. Cintailah seseorang sepenuh hati hari ini, karena mungkin besok cerita sudah berganti. Ingatlah bahwa anda menunjukkan penghargaan pada orang lain bukan karena siapa mereka, tetapi karena siapakah diri anda sendiri. Jadi teman, jangan biarkan masa lalu mengekangmu atau masa depan membuatmu bingung, lakukan yang terbaik.

HARI INI dan lakukan sekarang juga !!!!!!


(Source: fwd email, 16 Dec 2004)


# posted by [17:07] 

Pejuang

Cerita ini diforward ke salah satu mailing list, jadi identitas penulis aslinya sudah tidak jelas lagi. Panjang, but it's an interesting read.

PULANG dari mudik Lebaran, dalam kereta saya duduk bersebelahan dengan seorang pria yang selintas tampak seperti pegawai negeri yang cuek. Kemudian saya mengubah kesan saya itu, karena ia lebih mirip dengan seorang dai. Beberapa lama kemudian, dia terasa seperti seorang eksekutif. Tetapi setelah berbicara beberapa jurus, semua dugaan saya salah. Orang itu insinyur lulusan ITB yang membuat pesawat terbang tanpa awak.

“Sekarang kami lebih mengkhususkan untuk membuat peralatan senjata kapal udara untuk militer,” katanya dengan nada biasa-biasa saja, sehingga saya merasa bertambah malu lagi, karena sempat menilai dia rendah.

Sepanjang perjalanan Bandung-Jakarta, saya terus bertanya-tanya. Kantuk saya kontan hilang, tak percaya apa yang sudah dilakukan bujangan usia 30 tahun itu bersama kelompoknya. Kemampuannya untuk membuat pesawat tanpa awak yang diperlengkapi dengan kamera, dapat dipakai untuk pemetaan dan pengawasan lingkungan yang amat berguna untuk pengintaian dalam perang. Harganya, kalaupun ditambah dengan komisi, menurut dia masih separuhnya dari produk yang dipesan dari mancanegara.

Tampak sangat potensial, tetapi mengapa pemuda itu tidak menjadi kaya raya? Ia bahkan mengaku merasa sudah cukup nyaman, kalau kelompoknya bisa mengantongi tiga juta setiap orang per bulan. Jumlah yang sangat kecil dan menghina kecerdasan, kalau dibandingkan dengan kontrak seorang pemain sinetron top yang untuk satu episode (sekitar 7 hari kerja) saja, sudah bisa mendikte produser untuk membayarnya sampai Rp 60 juta.

Pemuda itu mengaku bahwa dari Malaysia sudah ada yang sempat melirik dan menawari teman-temannya bekerja dengan imbalan yang sangat menggiurkan. Sementara di dalam negeri pun, salah seorang temannya sudah menjadi bos sebuah perusahaan swasta di daerah dengan gaji Rp 15 juta. Toh, dia dan kawan-kawan masih tetap setia menekuni pekerjaannya dengan imbalan hanya sekitar dua juta rupiah di akhir bulan. Ia mengaku sadar hingga sering menertawai dirinya sendiri.

“Kami memang orang-orang gila. Teman-teman saya memang seperti seniman. Bekerja tergantung perasaan. Kalau sedang senang, ngebut, tapi kalau lagi malas, ditinggal begitu saja, sehingga kadangkala merepotkan langganan yang sudah menguber-uber,” katanya sambil tertawa.

Ketika saya tanya, apa kira-kira alasan pelanggan, kenapa mereka tidak langsung merekrut dan memberikannya pekerjaan yang layak, jawabannya mengejutkan.


“Ya, mereka bagaimanapun juga, sangat mengutamakan sukses demi jabatannya. Untuk itu, memang lebih terjamin untuk membeli produk dari mancanegara yang sudah punya nama, sedangkan kami kan masih dalam proses pengembangan. Meskipun kami punya potensi dan prospek bagus, mungkin dirasa tidak cocok dengan target sukses yang mereka kejar.”

Saya terpesona. Kalau betul begitu, alangkah besarnya kerugian negara, sebab pejabat lebih mengutamakan karier pribadinya. Mereka tidak peduli apa yang akan terjadi sesudah itu. Prek dengan masa depan Indonesia, peduli amat pejabat belakangan yang menggantikannya.

Keluar dari Gambir, di kepala saya ada pahlawan baru. Jadi tak benar semua anak-anak muda sudah tergiur oleh uang dan tersulap menjadi hamba kapitalis. Masih ada yang memiliki idealisme kental bukan karena tolol, tapi karena memang merasa nikmat menertawai dirinya. Orang-orang itu nyaris tak kelihatan, karena tak dipublikasikan oleh media massa yang lebih tertarik menyuap pembaca dengan sensasi karena memang itu yang laku.

Sudah waktunya kini kita bergerak memburu pahlawan-pahlawan yang tidak kelihatan itu. Mengenalkan kepada masyarakat dan menjadikannya selebriti. Mereka seribu kali lebih layak menjadi sorotan layar kaca.

Sampai di rumah, saya ceritakan semua itu kepada istri saya. Dengan bangga saya tunjukkan masih banyak harapan. Biarlah orang jahat makin edan, selama masih ada orang-orang muda yang militan, Indonesia akan tertolong. Para pahlawan baru itu harus diburu, digembar- gemborkan, agar merebut perhatian masyarakat.

“Apa kamu sudah menceritakan kepadanya ada bintang sinetron yang dibayar 60 juta untuk satu episode?” potong istri saya.

“Tentu saja tidak.”

“Kenapa?”

“Karena aku tidak sedang menceritakan sesuatu, tetapi justru bertanya. Aku lebih banyak memancing Aku tidak ingin nanti dia terganggu oleh ceritaku dan merasa dirinya kecil sekali karena hanya bercita-cita punya Rp3 juta, dua puluh kali lebih kecil dari gaji seorang bintang sinetron, padahal dia aset negara. Aku tak ingin ia menjadi kecewa pada apa yang sudah dilakukannya, apalagi kemudian berhenti mendadak. Siapa tahu bunuh diri. Nanti aku akan kehilangan pahlawan lagi.”

Istri saya tidak menanyakan apa-apa lagi, lantas pergi arisan. Saya jadi terdiam. Apa yang saya katakan tadi seperti berdengung kembali ke telinga saya. Apa saya sudah salah?

Saya bayangkan kembali diri saya berada di atas kereta itu. Lalu menceritakan apa yang belum sempat saya ceritakan. Menunjukkan kepada pemuda itu nasibnya yang sebenarnya. Bukan untuk mengubah, hanya sekedar menguji mentalnya. Apakah ia masih akan mau membuat pesawat pengintai, kalau mengetahui peta nasibnya sejelek itu.


Tapi saya punya keyakinan, dia akan tidak akan mengecewakan saya. Dia pasti benar-benar seorang pejuang. Dia tidak akan goyah karena miskin, idealismenya akan tetap menyala-nyala, walau pun orang lain berlimpahan rezeki. Dia akan setia pada pengabdiannya, meskipun nanti dia sudah berkeluarga. Karena dia pasti akan memilih teman hidup yang mengerti apa itu kemiskinan demi idealismenya.

Beberapa hari kemudian saya menerima telepon dari seorang anak saya. direktur utama sebuah perusahaan yang sedang naik daun. Setiap kali memutuskan sesuatu yang penting, dia selalu meminta masukan saya. Dan biasanya semuanya dilaksanakannya.

“Saya harus memilih dua kandidat direktur. Yang satu profesional tetapi otaknya hanya rata-rata dan yang satu lagi jenius tetapi agak nyeniman. Siapa yang sebaiknya saya pilih?”

“Yang profesional!” ***




# posted by [12:18] 

13.12.04

Getting old

Dear friends,
We're getting old, right?
You guys still talk about Doraemon whereas kids today talk about Pokemon.

We are from the Doraemon generation and they are from the Pokemon generation.Let's see. The majority of students in universities today were born in 1983....

They are called "youth".
For them, they have never heard of "We are the World, we are the Children..."
And the "Uptown Girl" they know is by Westlife not Billy Joel.
For them, there have always been only one Germany and only one Vietnam.
AIDS exists since they were born.
CD exists since they were born.
Michael Jackson is already whitened.
John Travolta is always round in shape and they can't imagine how this fat guy could be a god of dance.
They believe that Charlie's Angels and MissionImpossible are just new films out last year.
They can never imagine a black and white screen for a computer.
They never know Pac-Man.
They can't believe a black and white televisionever existed and they don't even know how to switch on a TV without a remote control.
And they never understand how could we go out without a mobile phone whenwe were in university...

Let's check if we're getting old...
  1. You understand what was written above and you smile.
  2. You need to sleep more, until afternoon, after a night out.
  3. Your friends are getting married.
  4. You are always surprised to see small children playing comfortably with computer.
  5. When you see teenagers with mobile phones, you shake your head.
  6. You developed more and more feelings about your work. It's now your life.
  7. You spend less and less time talking on phone with your friends daily.
  8. You meet your friends from time to time, talking about the good old days, repeating again and again all funny stories you experienced together.
  9. Having read this thought, you are thinking of sharing it to some other friends. You think they will like it too.....

Ha..ha...ha....
Yes, we're getting old

Smile,.....


# posted by [21:27]